PERANAN AUDITOR INTENAL DALAM MENUNJANG
PELAKSANAAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
(STUDI KASUS PADA PT DIRGANTARA
INDONESIA)
Lena
Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha
1.
Latar
Belakang
Dewasa
ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin pesat.
Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis pun semakin beragam, mulai dari
munculnya perusahaan – perusahaan pesaing, perusahaan – perusahaan asing serta
semakin maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai
kecurangan yang dapat membahayakan harta perusahaan. Berdasarkan kondisi
tersebut perlu kiranya perusahaan meningkatkan kesadaran untuk menerapkan good
corporate governance (GCG).
GCG
menjadi salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam
jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global terutama bagi
perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. GCG merupakan
sistem mengenai bagaimana suatu organisasi dikelola dan dikendalikan. Sistem governance
antara lain mengatur mekanisme pengambilan keputusan pada tingkat atas
organisasi. Corporate governance mengatur hubungan antar Dewan
Komisaris, Direksi, dan manjemen perusahaan agar terjadi keseimbangan dalam
pengelolaan organisasi. GCG adalah sistem dan struktur yang baik untuk
mengelola perusahaan dengan tujuan menaikkan nilai pemegang saham serta
mengakomodasikan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders)
seperti kreditor, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, karyawan, pemerintah,
serta masyarakat umum.
Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang
dimilikinya saat ini menghadapi tantangan kompetisi global dunia usaha yang
semakin besar. BUMN diharapkan mampu menaikkan efisiensinya sehingga menjadi
unit usaha yang sehat dan memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan
interaksinya dan aspek – aspek kehidupan nasional. BUMN harus peka terhadap
setiap perkembangan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia
usaha, sehingga profesionalisme BUMN disegala bidang terus meningkat, baik
dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan maupun dalam bidang pengendalian dan
pengawasan. Disamping itu BUMN bukan lagi anak emas perusahaan sehingga
manajemen dituntut untuk lebih mandiri dan profesional dalam menjalankan
tugasnya. Di dalam praktiknya penerapan GCG pada BUMN bukanlah hal mudah untuk
dilakukan walaupun ada beberapa BUMN yang sudah mulai memperkenalkan GCG tetapi
belum menerapkannya secara menyeluruh. Penerapan GCG di dalam praktiknya merupakan
hal yang mendesak, hal ini dikarenakan sistem pengelolaan yang tidak
profesional.
Peran
auditor internal yang independen sangat penting dalam penerapan GCG di
perusahaan, dimana anggota auditor internal tidak mempunyai saham baik langsung
maupun tidak langsung pada perusahaan tersebut, tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan direksi, komisaris dan pemegang saham utama perusahaan
tersebut, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
dengan perusahaan tersebut. GCG juga menuntut sejauh mana Auditor Internal
dapat berperan dengan baik untuk mewujudkannya pada sektor publik maupun pada
sektor swasta. Auditor Internal dituntut untuk menyediakan informasi mengenai
kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang ada di dalam
perusahaan. Auditor Internal haruslah seseorang yang mempunyai kompetensi di
bidang keuangan, kerena Auditor Internal lebih berperan untuk mengawasi
kegiatan manajemen, kompetensi di bidang audit merupakan suatu keharusan bagi
seseorang yang akan melakukan tugasnya di bidang audit. Disamping pengetahuan
di bidang audit, auditor tentunya diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai
dalam substansi yang diaudit karena itulah kompetensi anggota internal audit
sangat diperlukan untuk menjembatani kebutuhan Dewan Komisaris akan peran
auditing dan pengendalian internal yang efektif dengan kendala daya serap
terhadap masalah – masalah yang teknis dalam akuntansi, auditing, dan
pengendalian internal.
Auditor
Internal yang independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan
dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik – praktik
dalam penerapan prinsip – prinsip GCG di dalam perusahaan yang meliputi:
akuntabilitas (accountability), pertanggung–jawaban (responsibility),
keterbukaan (transparency), kewajaran (fairness) serta
kemandirian (independency), merupakan upaya agar tercipatanya
keseimbangan antar kepentingan dari para stakeholder, karyawan
perusahaan, suppliers, pemerintah, konsumen yang merupakan indikator
tercapainya keseimbangan kepentingan, sehingga benturan kepentingan yang
terjadi dapat diarahkan dan dikontrol serta tidak menimbulkan kerugian pada
masing – masing pihak.
Prinsip
– prinsip GCG ini dapat diterapkan dengan baik apabila perusahaan juga memiliki
pengendalian internal yang baik. GCG merupakan alat pengendalian internal yang
berperan penting untuk mengurangi masalah yang timbul dalam perusahaan, karena
GCG bermanfaat untuk perbaikan komunikasi, meminimalkan benturan, fokus pada
strategi utama, serta peningkatan kepuasan pelanggan dan perolehan kepercayaan
investor (stakeholders). Pengendalian internal memiliki peran yang
penting terhadap penerapan GCG, sehingga harus difungsikan sebagai penilaian
yang independen dalam membantu manajemen melaksanakan tanggungjawabnya.
2.
Variabel
dan Ukuran Data
a.
Variabel
Operasionalisasi Variabel
Kuesioner
yang digunakan disusun berdasarkan indikator – indikator yang digunakan untuk
melihat bagaimanakah peranan auditor internal dalam menunjang pelaksanaan good
corporate governance pada PT Dirgantara Indonesia (Persero) dengan dua variabel
yaitu:
1)
Variabel Independen
(Variabel Bebas (X))
Adalah
variabel yang keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam,
kaitannya dengan masalah yang diteliti, maka yang menjadi variabel independen
adalah peranan auditor internal.
2)
Varibel Dependen
(Variabel Terikat (Y))
Adalah
variabel yang dipengaruhi variabel lain. Dalam kaitannya dengan masalah ini
maka yang menjadi variabel independen adalah pelaksanaan GCG.
b.
UkuranData
Metode
Pengembangan Instrumen
Teknik
pengukuran yang digunakan adalah teknik pengukuran dengan skala likert, karena
skala ini memiliki reliabilitas yang relatif tinggi, setiap item dari kuesioner
memiliki lima jawaban dengan masing – masing nilai yang berbeda untuk
menentukan nilai atau skor kuesioner. Skor kuesioner menggunakan skala likert,
skala ini digunakan untuk mengukur respons subjek ke dalam lima poin skala
dengan interval yang sama. Skor yang digunakan adalah sebagai berikut :
5
= Selalu (SL)
4
= Sering (S)
3
= Kadang – kadang (KK)
2
= Hampir tidak pernah
(HTP)
1
= Tidak Pernah (TP)
3.
Cara
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan dan mengelola
data adalah sebagai berikut :
a.
Penelitian Lapangan (Field
Research)
Yaitu
pengumpulan data secara langsung dan mengadakan penelitian terhadap objek yang
dilakukan dengan :
1)
Kuesioner; yaitu
membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada pimpinan dan personil
perusahaan yang dianggap mampu dan berwenang dalam memberikan jawaban yang
diperlukan. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada auditor internal
yang bekerja di PT Dirgantara Indonesia (Persero).
2)
Wawancara; yaitu teknik
pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pejabat yang berwenang atau
bagian yang berhubungan langsung dengan masalah tersebut. Wawancara dilakukan
kepada manajer yang berada di departemen metodologi dan kepatuhan.
3)
Observasi; yaitu teknik
pengumpulan data dengan mengamati secara langsung pada objek penelitian,
dokumen – dokumen yang digunakan, guna mendapatkan gambaran yang sebenarnya.
Observasi ini dilakukan dengan melihat langsung keadaan perusahaan, melakukan
pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.
b.
Penelitian Kepustakaan
(Library Research)
Yaitu
pengumpulan data dengan mencari dan mempelajari bahan – bahan yang dianggap
perlu dari literatur – literatur yang terkait dengan masalah yang diteliti
untuk mendapatkan bahan yang akan dijadikan landasan dalam penelitian.
Metode
Pengambilan Sampel
Metode
penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan nonprobability
sampling dengan menggunakan teknik convenience sampling (pengambilan
sampel secara nyaman) dilakukan dengan memilih sampel bebas sekehendak
perisetnya.
4.
Analisis
a.
Pengujian Kualitas Data
1)
Uji Validitas
Pengujian
ini dilakukan dengan mengkorelasi item yang menjadi bagian keuesioner.
Pengujian ini dilakukan dengan mengkorelasi skor item terhadap skor total.
Koefisien korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai kritis
koefisien korelasi pearson. Item – item yang memiliki koefisien korelasi lebih
kecil atau sama dengan nilai kritis tersebut harus dibuang atau direvisi karena
memiliki tingkat validitas yang rendah. Sedangkan yang diukur dalam penelitian
adalah item – item yang memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nilai
kritisnya.
2)
Uji Reliabilitas
Untuk
uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode koefisien alpha
cronbach’s. Koefisien alpha cronbach’s merupakan koefisien
reliabilitas yang paling sering digunakan karena koefisien ini menggunakan
variasi dari item – item baik untuk format benar atau salah atau bukan, seperti
format pada skala likert. Sehingga koefisien alpha cronbach’s merupakan
koefisien yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal consistency.
b.
Rancangan Pengujian Hipotesis
Rancangan
pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi langkah – langkah sebagai
berikut :
1)
Penetapan Hipotesis
a)
Ho: Tidak terdapat
peran yang signifikan antara auditor internal dalam menunjang pelaksanaan GCG.
b)
Ha: Terdapat peran yang
signifikan antara auditor internal dalam menunjang pelaksanaan GCG.
2)
Pemilihan Tes Statistik
a)
Analisis korelasi Rank
Spearman
Pengujian
pada penelitian ini mengunakan koefisien korelasi Rank Spearman, karena teknik
ini merupakan pengujian asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur dalam
skala ordinal sehingga objek atau individu yang dipelajari dapat diranking dalam
dua rangkaian berturut – turut.
b)
Analisis Koefisien
Determinasi
Analisis
koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh
antara kedua variabel yang diteliti yaitu peran auditor internal sebagai
variabel independen (variabel X) dan pelaksanaan GCG sebagai variabeldependen
(variabel Y).
3)
Penetapan Tingkat
Signifikansi
a)
Penerimaan dan
Penolakan Hipotesis Penelitian
Dalam
menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis, dilakukan dengan membandingkan
nilai koefisien korelasi rank spearman dengan nilai batasnya. Kriteria
penerimaan dan penolakan hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
ü Hipotesis
diterima jika rs ≥ 0.20
ü Hipotesis
ditolak jika rs ≤ 0.20
Kriteria diatas
diartikan sebagai berikut :
ü Jika
hipotesis ditolak, maka tidak terdapat pengaruh positif antara peran auditor
terhadap pelaksanaan good corporate governance (GCG).
ü Jika
hipotesis penelitian diterima, maka terdapat pengaruh positif antara peran
auditor terhadap pelaksanaan good corporate governance (GCG).
b)
Menentukan tingkat
signifikansi
Tingkat
interval keyakinan yang diambil adalah 95% dengan tingkat signifikan kesalahan
atau error sebesar α 5% (0.05). Penetapan tingkat signifikan yang dipakai
adalah 0.05 karena dinilai cukup kecil untuk mewakili hubungan antara variabel
X di atas dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam
penelitian ilmu sosial.
c)
Menentukan uji t
Sedangkan
untuk menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y, maka digunakan statistik uji t.
c.
Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian
Pengujian
validitas bertujuan untuk mengetahui keadaan dari suatu data. Kriteria
pengujian adalah sebagai berikut :
Jika rxy hitung ≥ r tabel,
maka pernyataan tidak valid
Jika rxy hitung < r
tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid
d.
Pengujian Reliabilitas Kuesioner Penelitian
5.
Hasil
a.
Hasil Pengujian Hipotesis
b.
Analisis Koefisien Determinasi
c.
Uji Statistik
Berdasarkan
dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung sebesar 6.893 dan
berdasarkan tabel daftar distribusi dengan derajat kebebasan n–2 dan tingkat
signifikan didapat nilai ttabel sebesar 2.306. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
hasil ttabel> thitung atau 6.893 > 2.306, artinya HO ditolak dan H1
diterima. Artinya auditor internal berperan terhadap GCG.
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi rank spearman diperoleh Rs
sebesar 0.872. Ini artinya terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif
antara peran dari auditor dalam menunjang pelaksanaan GCG, sehingga dapat
disimpulkan bahwa audit internal berperan dalam menunjang pelaksanaan GCG.
Jadi, hipotesis yang telah ditetapkan dapat diterima, yakni terdapat peran yang
signifikan antara auditor internal dalam menunjang pelaksanaan GCG.
Berdasarkan
perhitungan koefisien determinasi, terhitung nilai koefisien determinasi (Kd)
sebesar 76.03% yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang kuat. Sedangkan dari
hasil pengujian hipotesis dengan uji t, nilai thitung sebesar 6.893 dan
berdasarkan tabel daftar distribusi t dengan derajat kebebasan n–2 dan tingkat
signifikansi 5 % nilai ttabel sebesar 2.306. Berdasarkan hasil tersebut di
dapat nilai t tabel > thitung atau 6.893 > 2.306, yang artinya Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini berarti auditor internal memiliki hubungan terhadap
pelaksanaan GCG. Berdasarkan koefisien determinasi dapat diketahui bahwa
pengaruh auditor internal terhadap risiko bisnis adalah sebesar 76.03%.
Profesionalisme
dari divisi SPI merupakan suatu kredibilitas dan kunci sukses dalam menjalankan
fungsinya dalam perusahaan. GCG dapat dijadikan acuan dalam menjalankan
pengendalian perusahaan yang efektif, dan audit internal dapat mengacu pada
prinsip – prinsip GCG agar fungsi pengendalian perusahaan dapat berjalan
efektif.
SPI
memilliki peran yang sangat penting dalam menentukan baik buruknya pelaksanaan
GCG, karena fungsinya sebagai evaluator, konsultan dan katalisator bagi manajemen
sehingga dapat memberikan informasi mengenai terjadinya kecurangan, kesalahan,
pelanggaran dalam pengelolaan perusahaan, sehingga mampu mendeteksi secara dini
ketidakberesan dan dapat memberikan rekomendasi yang tepat. Dengan kata lain,
kualitas pelaksanaan GCG ditentukan oleh cepat atau lambatnya respons SPI terhadap
kejanggalan yang terjadi di manajemen.
6.
Pendapat
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan mengenai peranan dari auditor internal dalam
pelaksanaan prinsip – prinsip Good Corporate Governance (GCG) pada PT Dirgantara Indonesia (Persero), maka
pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan, sekaligus
memberikan saran sebagai berikut :
a.
Peran auditor internal
sudah baik, hal ini dilihat dari :
1)
Kode Etik Profesi,
dalam menjalankan tugasnya auditor telah berpegang pada kode etik. Auditor
internal menghargai nilai – nilai kepemilikan atas informasi yang mereka terima
dan tidak menyebarkan tanpa izin kecuali ada kewajiban profesional. Auditor
internal di PT Dirgantara Indonesia juga menerapkan pengetahuan, keahlian dan
pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan audit. Auditor internal juga berusaha
bekerja dengan tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau pihak lain dalam
pengambilan keputusan.
2)
Standar Profesional
Auditor Internal, dalam melaksanakan pekerjaannya auditor internal telah
bekerja sesuai dengan kemapuan profesionalnya, mereka telah bekerja sesuai
dengan standar profesi dan mampu mengembangkan hubungan baik serta komunikasi
secara efektif dengan pihak auditee. Auditor internal juga berfungsi
sebagai pengaman terhadap harta perusahaan yang tertuang dalam Manual
Administratif Perusahaan.
b.
Pelaksanaan good
corporate governance di PT Dirgantara Indonesia sudah cukup baik.
Pelaksanaan prinsip transparansi sudah cukup baik karena responden menganggap
pihak manajemen kurang memberikan informasi kepada mereka, untuk prinsip
akuntabilitas, kemandirian, pertanggungjawaban dan kewajaran sudah baik,
perusahaan mempunyai pembagian tugas sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya, perusahaan juga telah menunjukkan tanggung jawabnya terhadap
masyarakat dengan memberikan sumbangan berupa uang, barang – barang. Perusahaan
juga telah memberikan kesempatan bagi para karyawan untuk berkarier dengan
memberikan promosi bagi karyawan yang memiliki kinerja baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar