Perbedaan Translasi
Dan Konversi Antar Mata Uang Asing
Translasi
mata uang asing adalah proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran
dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya
adalah, translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah
necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai
ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada
transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya
pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
Saldo
– saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang
domestik berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu
mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang Negara dagang
utama dibeli dan dijual dalam pasar global. Dengan dihubungkan lewat jaringan
telekomunikasi yang canggih, para pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata
uang lainnya, kalangan usaha, para individu, dan pedagang professional. Dengan
menyediakan tempat bagi para pembali dan penjual mata uang, pasar mata uang
asing memfasilitasi transfer pembayaran internasional (contoh: dari importer
kepada eksportir), memungkinkan terjadinya pembelian atau penjualan
internasional secara kredit (contoh: letter
of credit suatu bank yang memungkinkan barang dikirimkan kepada pembeli
yang belum dikenal sebelum dilakukan pembayaran), dan meyediakan alat bagi para
individu atau kalangan usaha untuk melindungi diri mereka dari resiko nilai
mata uang yang tidak stabil.
Transaksi
mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Mata uang yang
dibeli atau dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam
waktu 2 hari kerja. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk
perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku bunga nasional dan
ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang. Transaksi pada pasar
forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan
jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan.
Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs
spot.
Transaksi
swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau
pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering
memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga
yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan yang sama melindungi
diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta
asing.
Istilah –
istilah Dalam Translasi Mata Uang Asing
1.
Konversi, merupakan pertukaran suatu mata
uang ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku
pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan
kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
4.
Kontrak pertukaran forward, merupakan
suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan
menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
5.
Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang
digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata
uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
6.
Kurs histories, merupakan
kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban
dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
7.
Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk
pertukaran mata uang dalam waktu segera.
9.
Penyesuaian translasi, merupakan
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang
fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar
istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52, 1981
adalah sebagai berikut :
1.
Atribut, karakteristik kuantitatif suatu
pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya
penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
2.
Konversi, pertukatan suatu mata uang ke
dalam mata uang lain.
3.
Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada
tanggal laporan keuangan yang relevan.
4.
Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang
berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
5.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan
aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs
kini.
6.
Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang
yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang
digunakan oleh perusahaan.
7.
Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan
keuangan yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
8.
Transaksi mata uang asing, transaksi
(yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau
piutang usaha) dengan syarat –syarat yang dinyatakan dalam mata
uang selain mata uang fungsional perusahaan.
9.
Translasi mata uang asing, proses
untuk menyatakan jumlah – jumlah yang berdenominasi atau
diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan
kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
10.
Operasi luar negri, suatu operasi yang menghasilkan
laporan keuangan yang :
a.
dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau
diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan
pelapor, dan
b.
disusun dalam mata uang asing selain mata uang
pelaporan perusahaan pelapor.
11.
Kontak pertukaran forward, suatu
perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan
menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
12.
Mata uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan
oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan
atau menggunakan kasnya.
13.
Kurs histories, kurs nilai tukar mata uang asing
yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing
dibeli atau terjadi.
14.
Mata uang lokal, mata uang suatu Negara tertentu
yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestik atau
luar negeri.
15.
Pos – pos moneter, kewajiban untuk membayar atau hak
untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
16.
Mata uang pelaporan, mata uang yang digunakan
perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
17.
Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu utang
dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
18.
Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran mata
uang dalam waktu segera.
19.
Tanggal transaksi, tanggal saat suatu transaksi
dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
20.
Penyesuaian translasi, penyesuaian
yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional
suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
21.
Unit pengukuran,
mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan
beban.
Perbedaan
Keuntungan Dan Kerugian Translasi Antar Mata Uang Asing
Jika
sudut pandang mata uang lokal yang digunakan (sudut pandang perusahaan lokal),
masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan.
Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan
hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi
tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut
pandang mata uang lokal sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika
mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan
yang ditranslasikan (sudut pandang induk perusahaan), sangat disarankan untuk
mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut
pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan
dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan
kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestik dan
harus diakui.
PSAK
No.10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi harus
dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan.
Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode
akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut.
Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa
periode transaksi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode dengan
memperhitungkan perubahan kurs untuk masing – masing periode.
Secara
internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian – penyesuaian tersebut juga
berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan – pendekatan atas
penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan.
1.
Penangguhan
Dikeluarkannya
penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena
penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai
ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri
tidak direalisasikan dan tidak berpegaruh terhadap arus kas mata uang lokal
yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan
jika penyesuaian seperti itu ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini,
penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari
ekuitas konsolidasi. Parkinson menawarkan alasan tambahan yang mendukung
dilakukannya penangguhan : Keuntungan dan kerugian tersebut berkaitan erat
dengan investasi jangka panjang – bahkan mungkin suatu investasi permanen yang
dilakukan oleh suatu induk perusahaan ke dalam anak perusahaan asing, bahwa
keuntungan dan kerugian tersebut tidak dapat direalisasikan hingga operasi luar
negeri dihentikan dan semua aktiva bersih dibagikan ke induk perusahaan. Tidak
terdapat keuntungan dan kerugian yang akan pernah dapat direalisasikan.
Hasil operasi yang dicatat dalam periode setelah revaluasi mata uang
(ditranslasikan menurut kurs nilai tukar kini pada waktu itu) akan menunjukkan
kenaikan atau penurunan kekayaan operasi luar negeri dan dalam keadaan ini, tidak
diperlukan pencatatan keuntungan dan kerugian translasi satu waktu dalam
laporan laba rugi, bahwa kenyataannya pencatatan keuntungan dan kerugian
tersebut dapat saja menyesatkan.
Penangguhan
keuntungan atau kerugian translasi menutupi perilaku perubahan kurs nilai
tukar, yaitu perubahan kurs merupakan fakta historis dan para pengguna laporan
keuangan terlayani dengan baik jika pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar
diperhitungkan pada periode saat terjadinya. Sesuai dengan FAS No.8 (par.199), "Kurs
nilai tukar berfluktuasi: akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs
nilai tukar tetap stabil."
2.
Penangguhan dan Amortisasi
Beberapa
pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan
amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos – pos neraca terkait,
terutama yang terkait dengan utang akan ditangguhkan dan diamortisasi selama
umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama
dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa
pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.
3.
Penangguhan Parsial
Keuntungan
atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin
setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan.
Penangguhan translasi semata – mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap
mengabaikan terjadinya perubahan kurs. Pendekatan ini juga tidak memiliki
kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi
direalisasi. Pada masa lalu, perusahaan mengurangkan keuntungan periode
berjalan dengan kerugian pada masa lalu dan menangguhkan selisihnya. Keuntungan
dan kerugian translasi akan terhapuskan dalam jangka panjang.
4.
Tidak Ditangguhkan
Untuk mengakui
keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin.
Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan
cenderung menyesatkan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba
tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan
fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai
tukar. Akan menyesatkan para pembaca laporan keuangan, karena penyesuaian ini
tidak selalu memberikan informasi yang sesuai dengan ekspektasi pengaruh
ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas sebuah perusahaan.
Keuntungan
dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas
investasi dalam mata uang domestic dan harus diakui.
Hubungan Antara
Translasi Mata Uang Asing Dengan Inflasi
Hubungan
terbalik antara tingkat inflasi sebuah negara dengan nilai eksternal mata
uangnya telah ditunjukkan secara empiris. Penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva non–moneter yang
berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai
ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar
pengukuran awalnya sehingga laba yang ditranslasikan akan lebih besar karena
berhubungan dengan biaya depresiasinya. Pada saat yang bersamaan, laba yang
ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang
juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih
menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar
yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar
negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi
yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan
yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak
penyesuaian inflasi sebelum proses translasi mata uang asing, karena
penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya
historis (kerangka kerja valuasi–harga
perolehan) yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi
FAS No. 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk
operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur
ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang
asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis.
Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap
ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio
keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah
akuntansi untuk inflasi asing.
Biaya Historis
Menurut
Kamus Bisnis biaya historis (historical cost) adalah biaya yang
dicatat. Kadang – kadang disebut sebagai biaya aktual
(actual cost), tetapi istilah itu menyesatkan karena biaya dicatat
tergantung pada alternatif akuntansi yang dipilih. Sebagai contoh,
alternatif akuntansi untuk penyusutan termasuk metode garis lurus dan metode
dipercepat. Setiap biaya yang dicatat seperti biaya tenaga kerja, biaya
bahan, penyusutan, dll adalah biaya historis.
Biaya historis juga bisa di artikan sebagai biaya yang dikeluarkan
perusahaan pada waktu membeli faktor produksi (input). Kalau input itu disimpan
dan baru di kemudian hari digunakan dalam proses produksi, maka biaya historis
adalah sama dengan pada waktu faktor produksi itu dibeli. Hal itu berbeda
dengan biaya kesempatan dimana biaya kesempatan diperhitungkan pada waktu input
digunakan dalam proses produksi.
Disisi
lain ada juga yang mengartikan biaya historis sebagai
suatu ukuran berharga yang digunakan akuntansi di mana harga suatu asset pada
atas sisanya didasarkan pada biaya yang asli atau nominalnya ketika diperoleh
oleh suatu perusahaan. Metoda biaya historis digunakan untuk asset dibawah
prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP).
Sepanjang
sejarah keuangan Amerika Serikat, penetapan biaya dasar
historis telah menjadi orthodoksi dalam laporan keuangan yang diterbitkan.
Tapi periode inflasi parah di negara ini serta di
banyak negara lain dari dunia industri dan ketiganya telah
menyebabkan Negara tersebut melakukan pencarian luas untuk
alternatif yang baik untuk
menggantikan biaya historis atau melayani sebagai
suplemen untuk itu. Dalam periode harga naik, atribut diukur dengan
metode biaya historis, umumnya memiliki relevansi terbatas dengan
realitas ekonomi. Pengecualian utama untuk ini adalah
beberapa account baik piutang atau terutang di kas selama jangka
pendek, seperti rekening piutang dan hutang, serta uang
tunai itu sendiri.
Sifat
yang baik penetapan biaya dasar historis yang
dikira adalah bahwa sistem penilaiannya adalah kedua – duanya lebih secara
obyektif dapat ditentukan dan lebih baik memahami dibanding dengan bersaing
sistem penilaian. Bagaimanapun, isu obyektifitas tidak sama sekali untuk dibenarkan.
Bahkan dalam contoh sederhana, sum–of–the–years–digits
atau fixed–percentage–of–declining–balance
depreciation (antar metode lainnya) mungkin telah terpilih untuk
menciptakan suatu neraca berbeda. Pengenalan tentang metoda penilaian baru yang
sungguh – sungguh memerlukan membiasakan diri para pemakai dengan mereka
mendasari asumsi dan pembatasan.
Penetapan
biaya dasar historis telah pula dipertahankan sama sebagai yang lebih
cocok, seperti bermakna untuk membagi – bagikan pendapatan diantara penyedia
modal, para petugas dan karyawan dan para agen perpajakan sebab tidaklah
didasarkan pada figur biaya kesempatan hipotetis. Karenanya, anggapan adalah
bahwa akan ada lebih sedikit konflik antar bersaing kelompok diatas distribusi
pendapatan. Bagaimanapun, argumentasi ini tidak sama sekali dapat memutuskan.
Seperti penyusutan, metode yang dipilih untuk pendapatan pengukuran dapat
dengan mudah diperdebatkan. Selanjutnya, kesempatan penilaian biaya dapat hipotetis dalam
satu pengertian, tetapi mereka pasti jauh
lebih menunjukkan valuasi ekonomi daripada biaya historis.
Kelemahan
biaya historis (historical cost) menurut
Muljono yang dikutip dari Kodrat (http://www.petra.ac.id/~puslit/journals)
antara lain :
1.
Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena
pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang
didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang
lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut,
2.
Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai
nilai yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya
beli uang terakhir. Di samping itu juga terjadi perubahan –
perubahan
kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai
persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang
tepat,
3.
Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan
dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
4.
Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh
perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi adanya stable monetary
unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli
uang yang sedang berlangsung,
5.
Perusahaan tidak akan memperahankan real–capital–nya dan ada
kecenderungan terjadinya kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan
pembayaran pajak perseroan dan pembagian laba yang lebih besar daripada
semestinya,
6.
Menyalahi mathematical principle karena
berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi satu, dan
7.
Di samping hal – hal di atas
akan timbul kesulitan – kesulitan bagi manajemen perusahaan
apabila harus mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi
adanya stable monetary unit.
Kelebihan
Biaya Historis (Historical cost)
:
1.
Historical cost relevan dalam membuat keputusan
ekonomi.
2.
Historical cost berdasarkan pada transaksi yang
sesungguhnya, tidak pada kemungkinan.
3.
Selama sejarah, laporan keuangan yang menggunakan historical
cost sangat berguna.
4.
Pengertian terbaik mengenai konsep keuntungan adalah
kelebihan dari harga jual dari historical cost.
5.
Akuntan harus menjaga integritas datanya dari
modifikasi internal.
6.
Seberapa bergunanya laporan keuangan tergantung dari current
cost atau exit price.
7.
Perubahan dalam harga pasar dapat diungkapkan sebagai
data tambahan.Terjadi ketidakcukupan data dalam membenarkan penolakan historical
cost accounting.
Inflasi Dan
Laporan Keuangan
1.
Inflasi
Inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga – harga secara umum dan terus – menerus (kontinu) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang.
Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a.
Tarikan
permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)
Inflasi tarikan permintaan (demand
pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan
dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor – faktor
produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan
harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini
terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan.
Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang
utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah
uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang
terjadi di sektor industri keuangan.
b.
Desakan
(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga
termasuk kurangnya distribusi).
Inflasi desakan biaya (cost push
inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan
yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak–lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata – rata permintaan normal dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan –
penawaran, atau juga karena
terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat
pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa
terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi
(pabrik, perkebunan, dan lain – lain), bencana alam, cuaca, atau
kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tersebut, aksi spekulasi
(penimbunan), dan lain – lain, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut
di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana
dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/ pungutan/ insentif/ disinsentif),
kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lain –
lain.
Meningkatnya biaya produksi dapat
disebabkan 2 hal, yaitu :
Kenaikan
harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS
akan mengakibatkan usaha – usaha swasta menaikkan harga barang –
barang.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan keparahannya inflasi
juga dapat dibedakan :
a.
Inflasi
ringan (kurang
dari 10% / tahun)
b.
Inflasi
sedang (antara
10% sampai 30% / tahun)
c.
Inflasi
berat (antara
30% sampai 100% / tahun)
2.
Laporan
Keuangan
Laporan
keuangan adalah catatan informasi
keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
a.
Neraca
d.
Laporan
perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas ataulaporan
arus dana
e.
Catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan
Unsur
yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinereja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya
mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Perbedaan Pelaporan dan Laporan
Keuangan
Haruslah
dibedakan antara pengertian Pelaporan
keuangan (bahasa Inggris: financial reporting) dan laporan keuangan (bahasa Inggris: financial reports). Pelaporan
Keuangan meliputi
segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan penyampaian informasi
keuangan. Aspek – aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat (misalnya
penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan
yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau Generally Accepted Accounting Principles
/ GAAP). Laporan keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian
informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan pula antara statemen (bahasa Inggris: statement) dan laporan (bahasa Inggris: report)
Pemakai Laporan Keuangan, antara
lain :
a.
Investor
b.
Karyawan
e.
Pelanggan
f.
Pemerintah
g.
Masyarakat
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang disusun untuk
tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian,
laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan
kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa
yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin
melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan
atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan
ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.
Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
a.
Dapat
Dipahami
Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan dapat dipahami peserta dan bentuk serta istilahnya disesuaikan
dengan batas para pengguna;
b.
Relevan
Laporan keuangan dianggap jika
informasi yang disajikan didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna;
c.
Keandalan
Informasi dalam laporan keuangan
bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material;
d.
Dapat
diperbandingkan
Informasi yang disajikan akan lebih
berguna bila dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan pada periode
sebelumnya.
Model – Model Akuntansi
Variabel –
variabel yang membentuk perkembangan
sebuah Negara dalam hal akuntansi, model akuntansi keuangan tertentu yang
berkembang karena minat, sejarah atau pilihan, proses menetapkan standar
akuntansi keuangan nasional itu sendiri dan konservatisme yaitu hal –
hal yang menyebabkan perbedaan
tersebut dan ditambah dengan mengenai dimensi internasional dari proses
akuntansi pada tiap negara yang sudah tentu berbeda. Perbedaan itu meliputi :
praktik bisnis, struktur politik, sistem hukum, nilai mata uang, tingkat
inflasi lokal, perbedaan budaya, resiko bisnis, tingkat inflasi lokal dan serta
aturan perundang – undangan mempengaruhi bagaimana perusahaan multinasional
melakukan kegiatan operasionalnya dan membuat laporan keuangannya serta
kemudian mengumumkannya ke masyarakat luas.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar